Skip to main content

Memetakan Peluang Karir Mengajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA)

Buku Tutor BIPA Itu Unik karya Delfina Y. Djamaluddin 

Seorang Delfina Y. Djamaluddin sempat kewalahan menghadapi murid pertamanya yang adalah seorang konsultan penerbangan berkebangsaan Australia. Selain karena aksen Australianya yang masih kental, si murid rupanya kurang bisa menerima bahwa susunan kalimat bahasa Indonesia berbeda dengan bahasa Inggris. 

Pengalaman murid pertamanya sempat membuat Delfina merasa gagal. Beruntungnya Delfina tidak menyerah menjadi tutor, ia terus bertemu dengan murid-murid lain dari berbagai negara dengan segala keunikannya.

Delfina Y. Djamaluddin adalah seorang tutor BIPA privat (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing). Pekerjaan ini sudah ia lakoni selama kurun waktu 30 tahun. Ia telah mengajar ratusan murid dari berbagai negara dengan profesi yang berbeda-beda mulai dari eksekutif perusahaan, pesineteron, mahasiswi, manager IT hingga project engineer.

Tipekal murid yang diajarnya juga berbeda-beda ada yang pintar tapi kritis, ada yang pelupa tapi ada juga yang tekun seperti contohnya murid-murid dari Jepang. 

Berbagai cerita unik terlahir dengan sendirinya. Salah satunya cerita dari seorang muridnya yang punya hobi menjahit. Suatu ketika si murid mau membeli kancing ke salah satu toko peralatan jahit tapi si murid malah salah sebut kancing menjadi kencing, “saya mau kencing” katanya. Tentu saja sang pramuniaga mengantarkannya ke toilet dan si murid pun bingung. Sungguh menggelikan!

Perjalanan serta pengalaman selama 30 tahun itulah yang membuat seorang Delfina tertarik untuk menulis buku berjudul “Tutor BIPA Itu Unik”. Setiap buku punya perjalanan uniknya sendiri, seperti halnya buku ini yang ditulis secara perlahan dan butuh waktu kurang lebih 10 tahun untuk merampungkannya. 

Bersama Bu Delfina Y. Djamaluddin pada peluncuran buku Tutor BIPA Itu Unik

Tutor BIPA memang tidak sepopuler profesi lain seperti dokter, publik figure, pilot atau profesi ala-ala anak jaman sekarang seperti youtuber, gamer dan content creator namun profesi ini cukup menjanjikan dari sisi penghasilan.

Dalam sesi wawancara peluncuran buku “Tutor BIPA Itu Unik” pada jum’at 13 Desember 2024 lalu, Delfina atau lebih akrab di sapa  Bu Fifi ini mengatakan bahwa standar fee luar negeri kurang lebih 40$ per jam. Nilai tersebut tentunya cukup besar jika dibandingkan dengan pendapatan mengajar di Indonesia. 

Sayang sekali rasanya jika profesi ini dibiarkan berlalu begitu saja sementara isu kesulitan mencari pekerjaan masih berkeliaran dan menghantui para fresh graduate maupun anak-anak muda lain di negeri ini.

“Jangan mencari lowongan kerja tapi mengisi ruang kosong,” ujar Prof. Hendrajit seorang Ahli Geopolitik Nasional yang turut hadir dalam peluncuran buku “Tutor BIPA Itu Unik.” Ungkapan ini memecut kita semua untuk lebih kreatif dan jeli mencari peluang serta ruang-ruang kosong yang bisa di isi dan maksimalkan.

Dalam kaitannya dengan tutor BIPA, sadar atau tidak,  setiap orang Indonesia memiliki modal utama yaitu Bahasa Indonesia yang bisa menjadi senjata untuk memulai. 

Lalu apakah kita juga perlu menguasai bahasa dari seluruh dunia untuk menjadi seorang tutor BIPA ? jawabannya tidak. Menguasai banyak bahasa tentu akan lebih memudahkan tapi itu bukan kewajiban. Kita bisa  menggunakan bahasa Inggris sebagai pengantar.

Bahkan diceritakan dalam buku ini, Bu Fifi punya seorang murid dari India yang jangankan berbahasa Inggris, bahasa Hindi yang merupakan bahasa nasional di negaranya pun tak ia kuasai. Si murid rupanya hanya berbicara dalam bahasa Telugu sehingga Bu Fifi harus mengajar dengan bahasa tubuh, ekspresi wajah serta kosakata internasional.

Bahasa Indonesia Semakin Populer dan Banyak Peminat

Belakangan bahasa Indonesia menjadi semakin populer setelah di tetapkan sebagai bahasa resmi kesepuluh dalam sidang umum UNESCO pada 20 November 2023 lalu. Penetapan ini tentunya menaikkan citra bahasa Indonesia di kancah internasional. 

Sebenarnya sebelum penetapan UNESCO, posisi bahasa Indonesia di internasional cukup kuat. Menurut penilitan Ethnologue yang dikutip dari kompas.com, bahasa Indonesia berada di urutan ke 11 dunia dengan jumlah penutur sebanyak 199,1 juta jiwa. 

Jumlah  tersebut menjadikan Bahasa Indonesia berada diurutan ke 5 Asia dan urutan  1 di Asia Tenggara sebagai bahasa yang paling banyak digunakan. Pencapaian ini tentunya menarik negara lain untuk mempelajari dan menguasai bahasa Indonesia. Bahkan ada negara yang menjadikannya sebagai bahasa kedua seperti contohnya Vietnam. 

Ketertarikan dari negara lain juga terlihat dari minat mereka membuka studi Bahasa Indonesia di beberapa universitas seperti Havard University, Hankuk University of Foreign Studies, Tokyo University of Foreign Studies, University of Melbourne, Leiden University, SOAS University of London, dll.

Tuntutan era globalisasi juga membuat kebutuhan akan penguasaan bahasa asing meningkat, tak terkecuali bahasa Indonesia. Banyak orang ingin belajar bahasa Indonesia karena dinilai akan memudahkan berbagai hubungan baik secara sosial, ekonomi maupun budaya.

Dalam ranah privasi alasannya bisa lebih bervariasi. Ada yang ingin lancar berkomunikasi karena punya pasangan orang Indonesia, ada yang karena tuntutan dari pekerjaan, ada yang untuk kebutuhan studi dan ada juga yang sekadar dipakai untuk jalan-jalan ke negeri  khatulistiwa kita ini.

Kebutuhan akan penguasaan bahasa Indonesia merupakan peluang besar untuk menjadi tutor BIPA.  Selain memperoleh pendapatan tambahan, profesi ini juga membantu bahasa Indonesia bisa lebih dikenal dikancah internasional. Jika dilihat dari kacamata lebih luas lagi, melalui pengajaran bahasa kita juga berupaya memperkenalkan budaya Indonesia ke mancanegara. 

Mulai dari Membaca Buku “Tutor BIPA Itu Unik”

Buku “Tutor BIPA Itu Unik” hadir sebagai jawaban atas keresahan dan pertanyaan orang-orang yang ingin memulai menjadi tutor BIPA secara privat. Lebih dari itu, buku ini sekaligus menjadi refleksi dan inspirasi bagi mereka yang sudah lebih dulu menjadi tutor.

“Buku ini tidak hanya berguna untuk calon tutor, tetapi juga berguna bagi orang-orang yang sudah menjadi tutor karena akan memberikan inspirasi dan juga memberi alat bagi kita untuk mengeksplorasi diri sendiri, merefleksi apa yang kita lakukan. Apakah kita sudah berlaku sebagaimana 12 cara menjadi tutor yang baik, bagaimana  disenangi oleh murid….” ungkap Dr. Felicia N.U, S.S.,M.SI. selaku penasihat APPBIPA.

Diskusi bersama Prof. Hendrajit & Dr. Felicia N.U, S.S, M.SI.

Selain berisi cerita lucu dan unik, buku ini juga berisi panduan serta segala sesuatu tentang tutor BIPA. Mulai dari informasi umum tentang BIPA, informasi biaya, persiapan pra mengajar seperti surat kontrak, cara mencari murid baru, proses wawancara dengan murid hingga contoh pertanyaan-pertanyaan yang perlu dilontarkan ketika wawancara pertama kali dengan murid.

Selain persoalan teknis buku ini juga memandu pembaca untuk menjadi seorang tutor yang memperhatikan banyak hal secara detail. Tak dipungkiri mengajar secara privat tentu berbeda dengan mengajar di kelas. Banyak hal harus lebih diperhatikan seperti karakteristik hingga kebutuhan murid yang berbeda-beda.

Pembaca akan dipandu menjadi seorang tutor yang tak hanya andal soal pengajaran tapi juga menyenangkan ketika mengajar dan menjadi favorit murid-murid. Semua ditulis dalam bahasa yang mudah dimengerti oleh seorang awam sekalipun. 

Layaknya seorang guru yang tidak menggurui, buku ini juga berisi panduan menyusun silabus, bahan pengajaran, proses mengajar yang meliputi gaya mengajar, mengajar secara daring hingga tips – tips yang bisa digunakan saat mengajar beserta contoh-contohnya.

Beberapa materi bahkan dikaitkan langsung dengan pengalaman sehingga pembaca lebih mudah memahami serta mendapat gambaran. Seperti pada materi bahan ajar, ia mengambil contoh proses pembelajaran bersama muridnya yang bernama Nick, seorang project engineer sebuah perusahaan internasional cabang Indonesia.

Dari proses wawancara dan pengumpulan informasi, Bu Fifi jadi tahu kebutuhan belajar yang diperlukan oleh Nick.  Informasi kebutuhan itulah yang ia jadikan landasan untuk menyusun silabus.

Ada pula hal-hal  yang Bu Fifi tekankan terkait pengajaran secara privat seperti contohnya meminta komitmen murid terhadap pelajaran. Menurutnya, tanpa komitmen kursus hanya akan sia-sia belaka.

Buku ini merupakan berlian bagi mereka yang memang ingin menjajal atau tertarik menjadi seorang tutor BIPA sementara bagi masyarakat umum, buku ini seperti jendela cakrawala untuk melihat dunia BIPA secara lebih luas dan mendalam.

Komunitas Bloggercrony bersama Ibu Delfina Y. Djamaluddin


Comments

  1. Rezeki banget bisa menghadiri event launching Buku Tutor BIPA Itu Unik. Aku sebagai yang sedang tidak punya profesi tetap membaca ulasan dan info dari kak Rere auto tertarik untuk mempunyai buku tersebut kemudian membaca supaya tahu mendetail gimana caranya jadi tutor.

    Apalagi penulis punya pengalaman 30 tahun menjadi tutor, pastilah buku ini bakalan jadi asupan super bergizi.

    Untuk pembelian buku bisa lewat mana? Dijual kah di Gramedia?

    ReplyDelete
  2. Saya bantu jawab, ya, Mbak Lala. Bukunya bisa dipesan di sini: https://wa.link/tcbjn4

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Sentilan Kumpulan Puisi Ublik Karya Ono Sembunglango

Puisi bukan hanya soal keindahan tata bahasa dan olah kata. Puisi mempunyai pencipta yang olehnya terdapat kedalaman rasa. Ini bukan soal data, tapi karya yang dilahirkan dari perpaduan antara kepekaan, perasaan mendalam dan kemampuan untuk menafsirkannya.  Setiap sastrawan melahirkan keresahan yang menyelubungi pikiran dan tubuhnya, sebagaimana Ono Sembunglango ketika melahirkan “Ublik” -yang merupakan kumpulan buku puisi pertamanya.  Meski bukan lahir dari daun lontar dan kertas Sinar Dunia, Ublik yang dikumpulkan melalui catatan media digital ini tetap menjadi sebuah catatan keresahan yang mewakili suatu masa. Pak Ono, mungkin begitu saja saya memanggilnya. Seorang yang saya temui dalam event blogger 2 Oktober 2024 lalu. Saya -yang bukan siapa-siapa dan baru dalam dunia blogger ini- tidak begitu banyak mengenal orang, dan saya tidak akan mengenal beliau andai kata teman sebelah saya tak menyebut kata Sutardji Calsoum Bahcri, sang maestro puisi mbeling. Ia bilang Sutardji ...

Mengendus Buku Jurnalisme di Luar Algoritma

Ada yang berubah dari wajah jurnalisme kita. Masyarakat di era ini membutuhkan kecepatan, berita harus diramu secara cepat kalau tidak mau ketinggalan. Tak dipungkiri wartawan kalah adu cepat dengan warga yang berada di tempat.  Soal kode etik mungkin mereka tak paham tapi kecepatan tentu tak diragukan. Siapa peduli dengan kode etik di jaman ini? Publik lebih menikmati video kejadian yang diambil para amatir dengan dalih originalitas. Soal akurasi tentu media juara, tapi kecepatan bisa jadi sebaliknya.  Sebenarnya hal seperti ini sudah bisa terendus dari belasan tahun lalu, saat di mana kemampuan handphone semakin di upgrade dan internet semakin dekat dengan masyarakat. Jurnalisme warga kala itu disambut sukacita sebelum pada akhirnya membuat tatanan dunia digital semakin chaos . Roma perubahan ini tentunya terendus media sedari lama, namun beda hal soal tanggapan. Ada yang bergerak cepat dan berupaya menyesuaikan diri tapi ada juga yang perlu lebih dulu mengkaji. Di luar cep...

Merayakan Ulang Tahun dengan Glamping di Puncak Bogor

  Laki-laki memang sulit ditebak. Dari sekian banyak tawaran hadiah ulang tahun yang saya tawarkan, suami justru memilih camping. Masalahnya, kami berdua bagai langit dan bumi, kutub utara dan selatan. Berbeda dalam segala hal termasuk memilih tempat liburan. Suami cenderung memilih tempat-tempat tenang, tidak banyak orang, dingin dan bisa beristirahat seperti camping dan hiking sementara saya lebih suka ramainya pasar, konser musik, serta wisata-wisata kota. Tapi karena ini soal hari jadi suami maka saya harus banyak-banyak mengalah. Yah bolehlah camping asal jangan dulu hiking . Sebenarnya sudah lama juga saya ingin menemaninya hiking tapi memang kondisi belum cukup baik dan saya belum berdamai dengan udara dingin. Kipasan satu jam saja saya tidak kuat apalagi menahan dinginnya gunung?! Lalu kami pun melakukan deal-dealan dan sampailah ke kata glamping. Istilah glamping belakangan cukup populer, bukan? Camping tapi glamor. Kalau camping kita masih harus repot-repot membawa...