sumber : dok.pri/irerosana |
Setiap mendengar kata Rangga dan Cinta, orang akan teringat kisah cinta melegenda layaknya Romeo Juliet atau Laila Majnun. Sebuah kisah cinta yang menyisakan banyak kenangan sekaligus menjadi role mode bagi remaja Indonesia era 2000an.
Cerita Rangga dan Cinta yang menjalani Long Distance Relationship (LDR) sejak 2002 harus berakhir tahun 2006 dan bertemu kembali tahun 2016 di Yogyakarta. Mereka pun menghabiskan waktu sehari semalam, berpindah dari satu tempat ke tempat lain untuk menyelesaikan keresahan, rasa bersalah pula kekecewaaan yang selama 10 tahun mereka pendam.
Lantas bagaimana andaikata Rangga - Cinta bertemu kembali dan menghabiskan waktu sehari semalam bukan di Yogyakarta tapi di Cibinong City Mall di tahun 2024? Begini mungkin gambarannya.
Rangga dan Cinta duduk di sebuah kafe atau katakanlah tempat ngeteh dan ngopi. Ada banyak tempat asik di CCM di antaranya Starbucks, Tomoro Coffee, J.CO, Tea House, Kopi Kenangan dan masih banyak lagi.
Mungkin mereka akan bingung memilih tempat karena saking banyaknya jadi saya pilih saja tempat ngopi yang kondusif yaitu di Starbucks di lantai GF. Katakanlah mereka bertemu di pagi hari tepat beberapa menit setelah mall di buka. Suasana masih sepi, hanya ada beberapa karyawan yang lalu lalang.
Rangga memesan Caffe Americano sementara Cinta Salted Caramel Macchiato. Di tempat itu Rangga meminta maaf sudah memutuskan Cinta tanpa penjelasan dan Cinta meluapkan emosi dan kekecewaaan yang selama 10 tahun terakhir ia pendam. Tidak sebentar. Lebih dari satu jam mereka duduk dan menghabiskan waktu di tempat itu.
Setelah emosi keduanya mereda, mereka pun lanjut ngobrol sembari berkeliling. CCM memiliki 5 lantai dengan luas NETT LEASEABLE AREA (NLA) 50.000 meter persegi. Luasnya sangat cukup untuk menjembatani cerita kerinduan di antara keduanya.
Rangga mengajak Cinta berpindah ke lantai satu menuju ke Gramedia.
Mereka sama-sama menyukai sastra jadi wajar kalau toko buku menjadi incaran paling
jitu. Di sana mereka kembali membahas sastra yang tengah berkembang pada masa
itu. Mulai dari kasus Saut Situmorang hingga Svetlana Alexievich yang meraih nobel sastra tahun 2015.
Cinta membayar buku kumpulan puisi Joko Pinurbo berjudul, “Selamat Menunaikan Ibadah Puisi” seolah memberi kode bahwa sudah lama ia tak menerima puisi-puisi dari Rangga. Ia juga menolak tawaran Rangga yang ingin membayar bukunya.
Sementara itu Rangga tengah membuka-buka kumpulan puisi “Melihat Api Bekerja” karya Aan Mansyur sebelum pada akhirnya memutuskan untuk memindahkannya ke meja kasir.
Sembari menunggu Rangga membayar, Cinta ijin pamit ke toliet sebentar. Sebenarnya ia berbohong. Yang sebenarnya terjadi adalah, ia berbelok ke Matahari Store untuk membeli lipstik dan membubuhkannya secara cepat ke bibirnya yang ranum sebelum akhirnya kembali menemui Rangga.
Mereka lalu berjalan melewati Money Changer. Rangga meminta waktu sebentar untuk menukar uang. Ia baru datang dari Amerika dan hanya membawa beberapa rupiah sehingga perlu melakukan penukaran tambahan. Sementara itu Cinta menunggu sembari melihat-lihat laptop di Agres.id yang letaknya tepat ada di sebelah Money Changer.
sumber : dok.pri/irerosana |
Selesai menukar uang, mereka kembali berjalan beriringan melewati berbagai tenant, mulai dari tenant jual beli komputer seperti IT Galeri, Zoom Komputer, Klik and Klik dan sejenisnya, tenant HP semacam Samsung, Oppo, Xiomi dan kawan-kawannya hingga tenant jam tangan seperti Zoom Watch, Watch Club dan kawan-kawannya.
Cinta sempat mengarahkan pandangan ke sebuah jam tangan dan berpikir haruskah ia membelinya untuk Rangga? Melihat cicin yang melingkar di jari manisnya, Cinta pun buru-buru menghapus niatan tersebut. Ia tersadar bahwa sebentar lagi sudah akan dipinang oleh orang lain.
Berjalan melewati barisan toko perhiasan seperti Kemenangan Signature, Agung Jaya Gold and Jewellery serta Pada Senang Jewelry membuat Rangga berimajinasi, andaikata cincin yang melingkar di jari manis Cinta adalah pemberiannya maka kekikukan pada hari itu tidak akan mungkin terjadi. Rangga pun segera mencari akal agar kekakuan mereka segera berakhir.
sumber : dok.pri/irerosana |
Muka Rangga berangsur sumringah saat melewati area bermain dan menemukan “Funworld Bowling”. Ia berharap bowling dapat menghangatkan suasana. Rangga pun mengajak Cinta berbelok ke area tersebut. Cinta semula ragu menerima ajakan Rangga tapi akhirnya nurut juga.
sumber : dok.pri/irerosana |
Rangga membantu Cinta yang rupanya tak tahu caranya bermain bowling. Kesibukannya menjalankan sebuah kafe seni pop mini di Jakarta membuatnya jarang menjajal hal-hal lain, termasuk salah satunya bowling.
Ketika membantu Cinta mengambil bola bowling yang beratnya kurang lebih 10 kg, tangan mereka tanpa sengaja bersentuhan. Cinta buru-buru menjauhkan tangannya, memberi isyarat bahwa ia mampu mengangkatnya sendirian meski kenyataannya terlihat kesusahan.
Setelah 20 kali lemparan, Cinta tiba-tiba saja memegang perutnya. Rangga yang awalnya duduk menikmati permainan Cinta yang berantakan pun segera beranjak mendekat.
“Laper, ya?” Tanyanya
basa-basi.
“Yasudah ayo kita cari makan!” Ajak Rangga sembari menarik tangan Cinta dan meninggalkan area bowling.
Rangga sempat bingung karena saking banyaknya tenant makanan di CCM sementara Cinta belum menunjukkan gelagat ingin makan atau berhenti di tenant tertentu.
suasana salah satu tenant di CCM (Sumber : dok.pri/irerosana) |
Rangga menawarkan udon dan burger, tapi muka Cinta menekuk. Ia melirik ke arah Tea House. Pikir Cinta, Rangga baru pulang dari Amerika jadi mungkin ingin makan makanan yang bercitra rasa Indonesia.
“Good idea!” Kata Rangga menangkap maksud tatapan Cinta tanpa bertanya.
Barisan tenant makanan di CCM (sumber : dok.pri/irerosana) |
Mereka memesan Mendoan, Tahu kemul, Tahu Telor khas Kudus, Nasi Goreng Kampung dan 2 Es Teh Original. Sembari menyantap makanan mereka pun kembali berbincang, tentang kehidupan dan aktivitas masing-masing. Rangga menceritakan tentang kedai kopi kecilnya di Amerika sementara Cinta bercerita tentang proyek literasi yang tengah dilakukannya.
Tepat di saat pramusaji mengantar Tahu Kemul, Rangga pun mulai membahas isu sensitif, apalagi kalau bukan alasannya memutuskan hubungan dengan Cinta dulu. Ia mulai bercerita bahwa sebenarnya ayah Cinta berpesan agar Rangga untuk segera pulang ke Indonesia dan melamar Cinta, tapi saat itu kondisi Rangga sedang terpuruk. Merasa tidak enak dengan orang tua Cinta, Rangga pun memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka.
Cinta memainkan sendok di tangannya, mengaduk nasgornya berulang kali sembari mendengar Rangga bercerita. Ia terkejut dengan pengakuan Rangga. Ia tak percaya dengan alasan yang dikemukakan oleh Rangga dan malah menuduhnya berselingkuh. Cinta pun kesal dan beranjak meninggalkan meja namun tangan Rangga berhasil menahannya.
Mereka akhirnya duduk kembali dan makan dengan tenang. Setelah berhasil menyelesaikan makan, Rangga mengajak Cinta membeli baju. Rangga hanya membawa beberapa pasang baju dari Amerika dan semuanya sudah kotor. Cinta mengarahkan beberapa tenant baju seperti The Executive, Uniqlo, Manzone, Matahari, Hammer, Adidas, Giordano dan kawan-kawannya.
Rangga memasuki semua tenant baju pria untuk mengulur waktu sebelum akhirnya memutuskan untuk membeli beberapa kaos dan celana jeans.
sumber : dok.pri/irerosana |
Setelah itu, mereka melanjutkan perjalanan ke Transmart di lantai LG. Rupanya Cinta perlu membeli beberapa kebutuhan untuk kafe seni miliknya.
sumber : dok.pribadi/irerosana |
Mereka berdua berjalan melewati deretan etalase layaknya sepasang suami istri. Rasa kerinduan hadir di sela-sela keheningan dan derap langkah mereka. Kerinduan yang tak tahu harus ke mana dimuarakan.
Cinta mengambil beberapa pack tissue, hand soap, gelas kopi serta beberapa camilan snack. Cinta juga membeli beberapa kue untuk Maura, Carmen dan Milly yang niatnya akan ditemuinya sore nanti.
Setelah melewati antrean yang tak begitu panjang, Cinta mengutarakan niat untuk creambath ke salon yang terletak di lantai 1. Sebenarnya Cinta sudah ingin mengakhiri pertemuan mereka dan merasa tidak enak juga kalau harus membuat Rangga menunggunya nyalon tapi Rangga sendiri enggan berpisah dan dengan senang hati menunggu perempuan yang selama hidup ia rindukan itu.
Di sela-sela proses creambath, Cinta mengemukakan alasannya ke salon bahwa ia harus bertemu teman-temannya sore itu juga dan ingin tampil on point di depan mereka. Rangga tersenyum sembari geleng-geleng karena merasa Cinta tak berubah sedikitpun.
Menjelang sore mereka akhirnya berniat mengakhiri pertemuan dengan photobox. Ada beberapa pilihan photobox di CCM seperti Papyrus dan Selfie Time dan sepertinya mereka tak keberatan dengan keduanya. Sebenarnya Rangga malu karena merasa sudah tidak muda lagi tapi Cinta sedikit memaksa dengan berkata, “buat kenang-kenangan” -yang padahal hanyalah alasan agar ia bisa segera pamit dan menemui kawan-kawannya.
Salah satu tenant photobox di CCM (sumber : dok.pri/irerosana) |
Ketika mengucap salam perpisahan, Cinta bertanya Rangga mau kemana setelahnya? Rangga pun menjawab ingin beli TV baru.
“Hah? Buat apa?” Tanya Cinta
heran.
“Hadiah untuk Ibuku, kulihat
kemarin TV ibu sudah usang, selama ini kami tak pernah bertemu jadi ingin
sesekali menghadiahkan sesuatu, tapi bingung juga milihnya.” Kata Rangga memberi
kode.
“Mau dibantuin?” Tanya Cinta.
“Boleh.” Balas Rangga sumringah. Akhirnya mereka pun tak jadi berpisah dan menuju ke Elextronic City di lantai LG Mezzanine.
Elextronic City di CCM (sumber : dok.pri/irerosana) |
Dan begitulah kisah mereka berlanjut. Ada-ada saja alasan untuk menunda perpisahan. Membeli minyak kayu putih di Watson, membeli puzzle untuk ponakan di KKV, membeli foundation, hingga kembali ke area permainan untuk bermain basket dan game dance. Mereka larut dalam suka sampai sampai Cinta lupa dengan janji untuk menemui kawan-kawannya.
(sumber : dok.pri/irerosana) |
(sumber : dok.pri/irerosana) |
Mereka menuntaskan rasa lelah
dengan makan malam di Marugame Udon lalu
bersantai di Kopi
Kenangan hingga menit-menit terakhir mall akan ditutup.
Di luar mall, Cinta dan Rangga seperti muda-mudi belasan tahun yang enggan mengakhiri kencannya. Mereka teringat lagi jaman dulu, jaman ketika Cinta membaca puisi Rangga dengan diiringi alunan gitar di sebuah kafe.
Tiba-tiba Cinta menepuk
jidatnya
“Astaga..!! Sampai lupa!”
“Kenapa, Ta?” Tanya Rangga
dengan nada cemas.
“Maura, Carmen dan Milly...aku
kelupaan! Waduh mati aku! Yaudah ya, aku cabut dulu!” Kata Cinta sembari
meninggalkan Rangga dengan tergesa.
“Ta....!” Suara Rangga
menghentikan langkah Cinta.
“Buat kamu” Rangga menyerahkan
lipatan kertas berwarna cokelat.
“Jangan di baca di sini ya, nanti aja” tambahnya sembari tersenyum manis.
Di dalam taksi Cinta membaca isi kertas dari Rangga. Sebuah puisi berjudul “24 Jam pun Tak Akan Cukup”
Ribuan purnama aku merindukan perempuan itu
Sehari, 24 jam pun tak akan cukup
Sebuah harapan dalam kopi yang beranjak dingin
Senyum riang di setiap kemenangan bola bowling
Kami menjebak diri di sebuah tempat
Di mana seribu alasan bisa kubuat
Namun 24 jam pun tak akan cukup
Menamatkan rindu yang tak juga meredup
Cinta melipat kertas dan mendekapnya dalam-dalam. Satu hari yang tak akan pernah ia lupakan.
Sayang itu hanya cerita khayal
tentang Rangga dan Cinta. Kabar baiknya, segala hal yang diceritakan di
Cibinong City Mall ada secara nyata dan hadir untuk kita semua! Kamu bisa
mengajak keluarga, kawan bahkan pasangan untuk menuntaskan banyak hal di sana.
Jangankan Rangga - Cinta atau Romeo - Juliet, cerita kamu dan pasanganmu pun
bisa dan bebas kamu ukir di sana! Salam.
Comments
Post a Comment