Skip to main content

Mengira-ira Sedimen Senja



irero.doc


Terkadang saya membaca habis satu buah novel hanya karena penasaran dengan judulnya. Pertimbangan lain bisa jadi karena tahu betul karakter tulisan si penulis, meski yang seperti itu hanya sekian persen. Jumlah umur tak sebanding dengan jumlah karya tulis yang telah terbit, pengetahuan masih terbatas, mau tak mau kita acapkali menggunakan aji ‘kira-kira’ ketika memilih satu buku untuk dibeli. Beberapa bahan pertimbangan lain yang digunakan seperti ; penerbit, resensi, endorsement, serta review dari pembaca sebelumnya memiliki pengaruh cukup besar. Di luar itu, upaya team pemasaran dalam mengemas dan menerapkan strategi marketing cukup memberi input positif untuk dipilihnya suatu karya. Sayangnya, alasan saya membeli novel ini adalah karena kebetulan mendapat harga yang sangat miring di samping nama S.N Ratmana yang menarik untuk dikenal lebih jauh.

Saya kurang tertarik membahas isi pasca membaca habis novel ini. saya hanya ingin sedikit mengira-ira. Mungkin naskah novel ini sudah ditulis cukup lama, lalu diendapkan oleh S.N Ratmana, kemudian oleh editor di gubah bagian depannya (lead) sehingga memiliki daya hisap pembaca untuk terus membuka halaman berikutnya. Kemungkinan yang lain, novel ini memang baru ditulis namun menggunakan setting masa lalu sesuai dengan gaya penulisan pada masa-masa angkatan S.N Ratmana. Judulnya bisa jadi kombinasi antara inti cerita dengan sedikit bumbu daya jual. 

Pendek kata, novel ini memiliki paragraf pembuka yang menarik.

Comments

Popular posts from this blog

Sentilan Kumpulan Puisi Ublik Karya Ono Sembunglango

Puisi bukan hanya soal keindahan tata bahasa dan olah kata. Puisi mempunyai pencipta yang olehnya terdapat kedalaman rasa. Ini bukan soal data, tapi karya yang dilahirkan dari perpaduan antara kepekaan, perasaan mendalam dan kemampuan untuk menafsirkannya.  Setiap sastrawan melahirkan keresahan yang menyelubungi pikiran dan tubuhnya, sebagaimana Ono Sembunglango ketika melahirkan “Ublik” -yang merupakan kumpulan buku puisi pertamanya.  Meski bukan lahir dari daun lontar dan kertas Sinar Dunia, Ublik yang dikumpulkan melalui catatan media digital ini tetap menjadi sebuah catatan keresahan yang mewakili suatu masa. Pak Ono, mungkin begitu saja saya memanggilnya. Seorang yang saya temui dalam event blogger 2 Oktober 2024 lalu. Saya -yang bukan siapa-siapa dan baru dalam dunia blogger ini- tidak begitu banyak mengenal orang, dan saya tidak akan mengenal beliau andai kata teman sebelah saya tak menyebut kata Sutardji Calsoum Bahcri, sang maestro puisi mbeling. Ia bilang Sutardji ...

Mengendus Buku Jurnalisme di Luar Algoritma

Ada yang berubah dari wajah jurnalisme kita. Masyarakat di era ini membutuhkan kecepatan, berita harus diramu secara cepat kalau tidak mau ketinggalan. Tak dipungkiri wartawan kalah adu cepat dengan warga yang berada di tempat.  Soal kode etik mungkin mereka tak paham tapi kecepatan tentu tak diragukan. Siapa peduli dengan kode etik di jaman ini? Publik lebih menikmati video kejadian yang diambil para amatir dengan dalih originalitas. Soal akurasi tentu media juara, tapi kecepatan bisa jadi sebaliknya.  Sebenarnya hal seperti ini sudah bisa terendus dari belasan tahun lalu, saat di mana kemampuan handphone semakin di upgrade dan internet semakin dekat dengan masyarakat. Jurnalisme warga kala itu disambut sukacita sebelum pada akhirnya membuat tatanan dunia digital semakin chaos . Roma perubahan ini tentunya terendus media sedari lama, namun beda hal soal tanggapan. Ada yang bergerak cepat dan berupaya menyesuaikan diri tapi ada juga yang perlu lebih dulu mengkaji. Di luar cep...

Merayakan Ulang Tahun dengan Glamping di Puncak Bogor

  Laki-laki memang sulit ditebak. Dari sekian banyak tawaran hadiah ulang tahun yang saya tawarkan, suami justru memilih camping. Masalahnya, kami berdua bagai langit dan bumi, kutub utara dan selatan. Berbeda dalam segala hal termasuk memilih tempat liburan. Suami cenderung memilih tempat-tempat tenang, tidak banyak orang, dingin dan bisa beristirahat seperti camping dan hiking sementara saya lebih suka ramainya pasar, konser musik, serta wisata-wisata kota. Tapi karena ini soal hari jadi suami maka saya harus banyak-banyak mengalah. Yah bolehlah camping asal jangan dulu hiking . Sebenarnya sudah lama juga saya ingin menemaninya hiking tapi memang kondisi belum cukup baik dan saya belum berdamai dengan udara dingin. Kipasan satu jam saja saya tidak kuat apalagi menahan dinginnya gunung?! Lalu kami pun melakukan deal-dealan dan sampailah ke kata glamping. Istilah glamping belakangan cukup populer, bukan? Camping tapi glamor. Kalau camping kita masih harus repot-repot membawa...