Skip to main content

Insomnia dan Matematika





Apa kau pernah gelisah hingga tak bisa tidur?

Kau terpikir bagaimana kalau orang-orang tengah terjaga, membaca buku, meramu rumus, menulis naskah, bermunajad, membaca al-kitab, sedang dirimu seenaknya merebahkan diri dan bersiap untuk menjejaki alam mimpi?

Apa kau pernah tak bisa tidur karena terpikir, bagaimana bila hal itu menjadi kebiasaan yang hampir membudaya tiap malam dan mereka hanya menyisakan waktu 2 hingga 3 jam untuk tidur pulas?

Lalu kau lagi-lagi terpikir, jika saja itu terjadi selama 1 hari artinya, kau gunakan jatah tidurmu selama 8 jam secara sempurna sedang mereka memanipulasi 5 jamnya.

Lalu pikiranmu semakin panas ketika mengalikan jumlah tersebut ke dalam hitungan mingguan. Didapatilah waktu tidurmu sebanyak 56 jam dan mereka 21 jam. Kalian hampir terpaut 35 jam yang mereka gunakan atas nama masa depan.

Dan kau mulai bertambah gelisah, tertekan dan takut untuk mengalikannya ke dalam 30 hari, 40 hari dan 360 hari. Kau semakin begidik melihat angka tidurmu yang semakin berlipat sedangkan mereka baru bernilai separuhnya.

Lalu kau mulai menyadari perubahan mereka dalam kurun waktu satu tahun sedang kau masih bergelut dengan tidur dan mimpi-mimpi.

Kau tengah resah saat tubuhmu merebah namun pikiranmu berjelajah, tak tentu arah.

Tapi kau patut bersyukur masih bisa resah, ketimbang mereka-mereka yang sama sekali tak menyadari kehadiran 'mereka' dan tak pernah membuatmu bermain matematika.

Comments

Popular posts from this blog

Sentilan Kumpulan Puisi Ublik Karya Ono Sembunglango

Puisi bukan hanya soal keindahan tata bahasa dan olah kata. Puisi mempunyai pencipta yang olehnya terdapat kedalaman rasa. Ini bukan soal data, tapi karya yang dilahirkan dari perpaduan antara kepekaan, perasaan mendalam dan kemampuan untuk menafsirkannya.  Setiap sastrawan melahirkan keresahan yang menyelubungi pikiran dan tubuhnya, sebagaimana Ono Sembunglango ketika melahirkan “Ublik” -yang merupakan kumpulan buku puisi pertamanya.  Meski bukan lahir dari daun lontar dan kertas Sinar Dunia, Ublik yang dikumpulkan melalui catatan media digital ini tetap menjadi sebuah catatan keresahan yang mewakili suatu masa. Pak Ono, mungkin begitu saja saya memanggilnya. Seorang yang saya temui dalam event blogger 2 Oktober 2024 lalu. Saya -yang bukan siapa-siapa dan baru dalam dunia blogger ini- tidak begitu banyak mengenal orang, dan saya tidak akan mengenal beliau andai kata teman sebelah saya tak menyebut kata Sutardji Calsoum Bahcri, sang maestro puisi mbeling. Ia bilang Sutardji ...

Mengendus Buku Jurnalisme di Luar Algoritma

Ada yang berubah dari wajah jurnalisme kita. Masyarakat di era ini membutuhkan kecepatan, berita harus diramu secara cepat kalau tidak mau ketinggalan. Tak dipungkiri wartawan kalah adu cepat dengan warga yang berada di tempat.  Soal kode etik mungkin mereka tak paham tapi kecepatan tentu tak diragukan. Siapa peduli dengan kode etik di jaman ini? Publik lebih menikmati video kejadian yang diambil para amatir dengan dalih originalitas. Soal akurasi tentu media juara, tapi kecepatan bisa jadi sebaliknya.  Sebenarnya hal seperti ini sudah bisa terendus dari belasan tahun lalu, saat di mana kemampuan handphone semakin di upgrade dan internet semakin dekat dengan masyarakat. Jurnalisme warga kala itu disambut sukacita sebelum pada akhirnya membuat tatanan dunia digital semakin chaos . Roma perubahan ini tentunya terendus media sedari lama, namun beda hal soal tanggapan. Ada yang bergerak cepat dan berupaya menyesuaikan diri tapi ada juga yang perlu lebih dulu mengkaji. Di luar cep...

Merayakan Ulang Tahun dengan Glamping di Puncak Bogor

  Laki-laki memang sulit ditebak. Dari sekian banyak tawaran hadiah ulang tahun yang saya tawarkan, suami justru memilih camping. Masalahnya, kami berdua bagai langit dan bumi, kutub utara dan selatan. Berbeda dalam segala hal termasuk memilih tempat liburan. Suami cenderung memilih tempat-tempat tenang, tidak banyak orang, dingin dan bisa beristirahat seperti camping dan hiking sementara saya lebih suka ramainya pasar, konser musik, serta wisata-wisata kota. Tapi karena ini soal hari jadi suami maka saya harus banyak-banyak mengalah. Yah bolehlah camping asal jangan dulu hiking . Sebenarnya sudah lama juga saya ingin menemaninya hiking tapi memang kondisi belum cukup baik dan saya belum berdamai dengan udara dingin. Kipasan satu jam saja saya tidak kuat apalagi menahan dinginnya gunung?! Lalu kami pun melakukan deal-dealan dan sampailah ke kata glamping. Istilah glamping belakangan cukup populer, bukan? Camping tapi glamor. Kalau camping kita masih harus repot-repot membawa...