Skip to main content

PIKIRANKU

Yang paling kusuka dalam diriku adalah pikiranku.  Yang tak pernah terbatas, dan tak mau dibatasi.  Dan hanya aku sendiri yang paling mengerti apa yang tersimpan di dalamnya.  Meski aku harus terkurung dalam box selama berjam-jam, namun tak begitu dengannya, pikiranku bisa berlari, melayang menembus batas ruang dan waktu yang ada.  Menjumpai dunia yang belum pernah kutemui, menemukan sesuatu yang sejauh ini ku pandang sebagai mimpi.
Dan walaupun ragaku terlelap dalam kelelahan, namun tidak dengannya.  Dia tetap menari, berputar, merangkai segelintir mimpi.  Hatiku bisa berhenti mencintai, dan ragaku yang lelah samban hari, namun tidak untuk pikiranku, dia abadi.
Satu-satunya yang kumiliki tanpa batas. Dan hanya aku yang memiliki, tidak dengan kekangan kehendak orang tua, tidak pula dengan bujuk rayuan teman, benar-benar tak tersentuh, tak terjamah dan tak terbatas. Pikiranku tak butuh materi, dia hanya butuh untuk hidup dan segalanya akan hidup melaluinya.
Dia tak sempurna, terkadang kotor, picik, dan kumpulannya.  Tapi nurani akan mengingatkannya.  Dia tak ada hentinya mempercayai, segala mimpi-mimpi yang pernah ia ciptakan, dan dia tetap hidup untuk mimpi - mimpi tersebut, hingga berhenti dan menjadi nyata.
Dan taukah apa yang membuatku tetap bersemangat menjalani hari-hari, dialah pikiranku.  Dan yang mengingatkanku untuk bangkit dan terus maju, dialah pikiranku. Yang mengingatkanku untuk tetap percaya dan berkata "kamu bisa", dialah pikiranku.  Begitu banyak detik yang dia lalui bersamaku, maka sebanyak dan selama itu pula aku hidup. Dia tumbuh bersamaku, saling mengisi, saling menasehati.  Bahkan sudah menjadi kawan akrab.  Meski terkadang aku merasa benci, saat dia tak terkendali, tapi betapa aku menyadari, intensitas aku yang gila dan tak terarah lebihlah parah. Bahkan dia harus menuruti kegilaanku dan kupaksa untuk pasrah.
Setidaknya dia tak pernah meninggalkan ataupun ditinggalkan, segala kekecewaan satu sama lain biarlah menjadi hikmah untuk gambaran masa depan yang lebih bijak.  Dan saat ini biarkan kami saling mengisi, memberi, menasehati dan menjaga. Untuk satu tujuan kejayaan "AKU"

Comments

Popular posts from this blog

Sentilan Kumpulan Puisi Ublik Karya Ono Sembunglango

Puisi bukan hanya soal keindahan tata bahasa dan olah kata. Puisi mempunyai pencipta yang olehnya terdapat kedalaman rasa. Ini bukan soal data, tapi karya yang dilahirkan dari perpaduan antara kepekaan, perasaan mendalam dan kemampuan untuk menafsirkannya.  Setiap sastrawan melahirkan keresahan yang menyelubungi pikiran dan tubuhnya, sebagaimana Ono Sembunglango ketika melahirkan “Ublik” -yang merupakan kumpulan buku puisi pertamanya.  Meski bukan lahir dari daun lontar dan kertas Sinar Dunia, Ublik yang dikumpulkan melalui catatan media digital ini tetap menjadi sebuah catatan keresahan yang mewakili suatu masa. Pak Ono, mungkin begitu saja saya memanggilnya. Seorang yang saya temui dalam event blogger 2 Oktober 2024 lalu. Saya -yang bukan siapa-siapa dan baru dalam dunia blogger ini- tidak begitu banyak mengenal orang, dan saya tidak akan mengenal beliau andai kata teman sebelah saya tak menyebut kata Sutardji Calsoum Bahcri, sang maestro puisi mbeling. Ia bilang Sutardji ...

Mengendus Buku Jurnalisme di Luar Algoritma

Ada yang berubah dari wajah jurnalisme kita. Masyarakat di era ini membutuhkan kecepatan, berita harus diramu secara cepat kalau tidak mau ketinggalan. Tak dipungkiri wartawan kalah adu cepat dengan warga yang berada di tempat.  Soal kode etik mungkin mereka tak paham tapi kecepatan tentu tak diragukan. Siapa peduli dengan kode etik di jaman ini? Publik lebih menikmati video kejadian yang diambil para amatir dengan dalih originalitas. Soal akurasi tentu media juara, tapi kecepatan bisa jadi sebaliknya.  Sebenarnya hal seperti ini sudah bisa terendus dari belasan tahun lalu, saat di mana kemampuan handphone semakin di upgrade dan internet semakin dekat dengan masyarakat. Jurnalisme warga kala itu disambut sukacita sebelum pada akhirnya membuat tatanan dunia digital semakin chaos . Roma perubahan ini tentunya terendus media sedari lama, namun beda hal soal tanggapan. Ada yang bergerak cepat dan berupaya menyesuaikan diri tapi ada juga yang perlu lebih dulu mengkaji. Di luar cep...

Merayakan Ulang Tahun dengan Glamping di Puncak Bogor

  Laki-laki memang sulit ditebak. Dari sekian banyak tawaran hadiah ulang tahun yang saya tawarkan, suami justru memilih camping. Masalahnya, kami berdua bagai langit dan bumi, kutub utara dan selatan. Berbeda dalam segala hal termasuk memilih tempat liburan. Suami cenderung memilih tempat-tempat tenang, tidak banyak orang, dingin dan bisa beristirahat seperti camping dan hiking sementara saya lebih suka ramainya pasar, konser musik, serta wisata-wisata kota. Tapi karena ini soal hari jadi suami maka saya harus banyak-banyak mengalah. Yah bolehlah camping asal jangan dulu hiking . Sebenarnya sudah lama juga saya ingin menemaninya hiking tapi memang kondisi belum cukup baik dan saya belum berdamai dengan udara dingin. Kipasan satu jam saja saya tidak kuat apalagi menahan dinginnya gunung?! Lalu kami pun melakukan deal-dealan dan sampailah ke kata glamping. Istilah glamping belakangan cukup populer, bukan? Camping tapi glamor. Kalau camping kita masih harus repot-repot membawa...